PRINCES INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Belajar jualan Emas dan Uang

Showing posts with label News Nasional. Show all posts
Showing posts with label News Nasional. Show all posts

Thursday, December 22, 2016

Harusnya MUI sadar dengan Ucapan Panglima TNI Alangkah Indahnya Jika Organisasi Islam Ikut Amankan Natal

Nazaret - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta semua elemen masyarakat ikut mendamaikan hari raya Natal. Jenderal Gatot meminta organisasi Islam pun ikut mengamankan Natal.

"Alangkah indahnya kalau organisasi Islam sama-sama ikut mengamankan. Jadi ini sesuatu yang sangat penting. Bagaimana kita wujudkan bahwa Indonesia itu negara religius yang nasionalis. Itu aja yang kami sampaikan," kata Jenderal Gatot di Aula Bimasena, Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).

Gatot juga menuturkan selayaknya semua warga Indonesia menghargai perayaan Natal. Dia meminta semua elemen masyarakat ikut mendamaikan keberlangsungan perayaan Natal mendatang.

"Kemudian sama-sama kita menghargai agama Nasrani untuk merayakan hari Natal dengan damai. Saya sampaikan kepada masyarakat, mari sama-sama kita wujudkan rasa damai," ujar Gatot.

Selain itu juga, Gatot mengapresiasi kinerja Polri yang berhasil menggagalkan rencana teror bom Tangsel. "Saya atas nama prajurit dan seluruh jajaran TNI mengucapkan selamat kepada kepolisian RI yang berhasil menggagalkan teror," tutur Gatot.



 Sumber : https://news.detik.com/berita/3377694/panglima-tni-alangkah-indahnya-jika-organisasi-islam-ikut-amankan-natal

Fahmi ( Bendahara MUI ) diminta Menyerahkan Diri Oleh KPK,

Nazaret - Tersangka korupsi proyek pengadaan alat monitoring satelit di Badan Keamanan Laut (Bakamla) belum semuanya tertangkap. Keberadaan Fahmi Darmawansyah sebagai penyuap hingga kini masih misterius. Dia diduga berada di luar negeri. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memintanya menyerahkan diri.

Jubir KPK Febri Diansyah menyatakan, Direktur Utama PT Melati Technofo Indonesia (MTI) itu berada di luar negeri. Namun, dia belum bisa menyebutkan di negara mana Fahmi sekarang ini berada. "Kami belum mendapatkan informasi secara detail," terang dia saat ditemui di gedung KPK kemarin (16/12). Terkait dengan informasi bahwa Fahmi sedang berada di Jerman, Febri masih enggan menjelaskan.

Mantan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) itu menyatakan, Fahmi berada di luar negeri dua hari sebelum dilakukan operasi tangkap tangan (OTT) di Jakarta. Jadi, Fahmi tidak melarikan diri ke luar negeri setelah ditetapkan sebagai tersangka. Dia meminta agar pengusaha itu segera pulang ke tanah air.

Fahmi yang juga pemilik gedung Menara Saidah di Jalan MT Haryono Jakarta Timur itu bisa pulang sendiri sesuai dengan jadwal yang ia tetapkan. Hal itu akan lebih efektif dan efesien. Febri berharap, tersangka suap itu membantu penegakan hukum terhadap perkara korupsi yang berkaitan dengan uang negara itu. Fahmi dianggap mengetahui proses pengadaan alat monitoring satelit dan terlibat langsung dalam tindak pidana penyuapan terhadap pejabat Bakamla dalam memenangkan tender proyek.

Apakah KPK akan bekerjasama dengan Interpol untuk memulangkan Fahmi? Febri menyatakan, KPK belum ada rencana bekerjasama dengan Interpol. Lebih baik Fahmi pulang dan menyerahkan diri, sehingga komisi antirasuah tidak perlu menjemput paksa seperti yang dilakukan terhadap mantan Bendahara umum DPP Partai Demokrat Nazaruddin. Nazar pernah lari ke beberapa negara sebelum akhirnya berhasil ditangkap KPK. "Kami belum berencana untuk jemput paksa," tutur dia.

Jika dia mau bekerjasama dengan penegak hukum, maka proses selanjutnya juga akan semakin mudah. Dia berharap Fahmi dengan sadar diri datang ke kantor KPK. "Kami minta secepatnya untuk menyerahkan diri," tegas pria asal Padang, Sumatera Barat itu.

Saat ditanya terkait dugaan adanya oknum jenderal TNI yang sengaja menyembunyikan Fahmi, Febri menyatakan, pihaknya masih terus mendalami keterlibatan oknum militer, sehingga kasus itu bisa terang benerang.

Dugaan adanya keterlibatan oknum TNI dalam kasus suap di Bakamla dibenarkan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Wuryanto. Dia mengungkapkan bahwa oknum TNI yang dimaksud adalah seorang perwira tinggi di TNI AL berpangkat Laksamana Pertama (Laksma).“Namanya sebut saja Laksma BU, bintang satu di TNI AL,” ungkap Wuryanto saat dihubungi , kemarin.

Wuryanto menjelaskan bahwa dugaan keterlibatan Laksma BU di dalam kasus suap yang menyeret nama Eko Susilo Hadi selaku Deputi Informasi Hukum dan Kerjasama Bakamla tersebut tengah diproses di POM TNI. “Puspom TNI sudah siap. Begitu diserahkan pelimpahan itu akan langsung ditangani karena sudah ada instruksi langsung dari Panglima TNI kepada Danpuspom. Untuk menangani keterlibatan oknum TNI yang bertugas di Bakamla itu,” terang Wuryanto.

 Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) tersebut menyatakan bahwa peran Laksma BU dalam kasus tersebut belum diketahui dengan pasti. Namun, laporan adanya aliran dana terkait proyek pengadaan satelit pengawas di Bakamla yang masuk ke rekeningnya, menjadi bukti awal keterlibatannya dalam kasus yang kini ditangani KPK itu.

Terungkapnya keterlibatan oknum TNI dalam kasus suap atau korupsi disesalkan oleh Wuryanto. Pun demikian, Wuryanto menegaskan bahwa TNI tidak akan memberikan toleransi kepada anggota TNI yang dinyatakan terlibat dalam kasus suap atau korupsi.

TNI juga tidak akan segan memberikan hukuman yang maksimal kepada anggotanya yang terlibat dalam kasus korupsi, seperti yang dialami oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Teddy Hernayadi, terpidana seumur hidup dalam kasus korupsi pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Kementerian Pertahanan (Kemhan). “Apalagi korupsi itu sudah menjadi musuh bersama bangsa Indonesia,” tandasnya.

Informasi yang dihimpun, dalam korupsi itu, Eko bertindak sebagai kuasa pengguna anggaran (KPA), sedangkan Laksma BU sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) pada proyek pengadaan alat monitoring satelit. Eko dan Laksma BU yang aktif mengatur proyek, sehingga PT MTI bisa memenangkan tender. Mereka berdua yang menerima uang suap Rp 2 miliar itu.

Febri Diansyah menambahkan, KPK akan membahas proses penanganan perkara itu dengan TNI. Sebab, perkara itu berkaitan dengan dua pihak. Yaitu, sipil dan militer. Komisinya juga akan melakukan koordinasi dengan TNI saat penyidik melakukan pengeledahan. "Polisi militer siap membantu KPK dalam melakukan pengamanan dan pendampingan saat penyidik melakukan pengeledahan," terangnya.

Dalam melakukan pemeriksaan, penyidik bisa saja memeriksa prajurit TNI yang dianggap mengetahui proyek pengadaan alat monitoring satelit Bakamla. Namun, pemeriksaan itu tentu akan dikoordinasikan dengan TNI. "Kami belum bisa menyampaikan jadwal pemeriksaan," terang dia. Penyidik yang mengetahui siapa saja yang akan dimintai keterangan untuk memperdalam perkara tersebut.

Pada Rabu (14/12) lalu, KPK menangkap Deputi Informasi Hukum dan Kerjasama Bakamla Eko Susilo Hadi yang juga sebagai pejabat Kejagung. Selain Eko, komisi antirasuah juga menangkap tiga orang lainnya. Yaitu, M Adami Okta, Hardy Stefanus, dan Danang Sri Radityo. Mereka ditangkap setelah melakukan transaksi penyuapan di kantor Bakamla Jalan Dr Seotomo, Jakarta Pusat. Dalam perkara tersebut, KPK menetapkan Eko, M Adami, dan Hardy sebagai tersangka. Sedangkan Danang masih berstatus sebagai saksi. Selain itu, KPK juga menetapkan Direktur Utama PT Melati Technofo Indonesia Fahmi Darmawansyah sebagai tersangka.

M Adami, Hardy dan Fahmi sebagai pemberi suap dijerat dengan Pasal 5 ayat 1huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20/2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Sedangkan, Eko sebagai penerima disangkakan dengan Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20/2001.

Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan, pengusaha itu memberikan uang kepada Eko, karena pejabat Kejagung itu telah membantu PT MTI memenagkan tender alat monitoring satelit senilai Rp 200 miliar itu. Fee yang dimintai Eko sekitar 7,5 persen atau senilai Rp 15 miliar. Namun yang baru diserahkan sebesar Rp 2 miliar. "Anggaran itu sangat penting, masuk di APBN-P, tapi tetap saja dikorupsi," terang Agus.

Sementara itu, kasus OTT Bakamla yang menyeret nama Fahmi Darmawansyah ikut direspon Majelis Ulama Indonesia. Pasalnya nama suami dari Inneke itu masuk dalam kepengurusan MUI periode 2015-2020. Fahmi duduk sebagai bendara bersama Yusuf Muhammad, Nadratuzzaman Hosen, Iing Solohin, dan Burhan Muhsin.

Ketua MUI Zainut Tahudin menuturkan bahwa Fahmi tidak pernah aktif. ’’Sejak ditetapkan sebagai pengurus MUI, dia tidak pernah mengikuti rapat sekalipun,’’ katanya kemarin. Dia memperkirakan Fahmi masuk jajaran MUI dari unsur ulama. Seingat Zainut, Fahmi masuk MUI dari rekomendasi salah satu ormas ke-Islaman.

Tuesday, December 20, 2016

Rupiah Terbaru Mirip EURO dan Simbol BI terbaru sudah Ada sejak Tahun 2014 Awal Pada Masa President SBY

Nazaret - Ada temen lulusan S2 buat status gini " melihat Rupiah baru itu serasa berada di China, karena mirip banget dengan Yuan, rupanya gambar Palu Arit ngak cukup yah, inilah bukti nyata kalau Jokowi sudah menjadi Antek Aseng..."

Komentar gua, ternyata salah pergaulan bisa menyebabkan seseorang hamil kebodohan dan melahirkan kedunguan, ngak perduli loe lulusan mana, kalau udah bergaul dengan kaum JIN-ru maka akal dan hati akan mati perlahan.

Masalah palu arit padahal udah dijelaskan sama BI kalau terbitnya itu diawal tahun 2014 berarti masih zamannya Pak Mantan President SBY tp kok masih ngotot Jokowi yg disalahkan. N masalah Rupiah baru yg katanya mirip yuan, Hadeeh mbok sekali-kali loe jalan ke Malaysia lihat Ringgit,ke Thailand lihat Bath atau agak jauhan dikit ke Eropa toh Jo,Paijo biar tau gimana bentuk Uero, kira2 lebih mirip mana dibanding Yuan.

Jadi gini ya Jo, tujuan penerbitan Rupiah baru ini ada 2, yg pertama menaikan tingkat kemanan, Rupiah baru ini adalah salah satu mata uang yg tingkat keamanannya terbaik didunia karena memiliki 12 fase keamanan,mulai penggunaan jenis kertas terbaik yg terlihat kasar tp licin sehingga memudahkan kaum tuna netra mengetahui nominalnya,kemudian dari segi warna, ultraviolet sampai rectoverso,jadi rupiah baru ini sangat sulit untuk dipalsukan.

Yang kedua, memperkenalkan dan mengingat pahlawan2 nasional lainnya, berkat Rupiah lama mungkin kita mengenal Patimura,Diponegoro,Bung Tomo,Cut Nyak Dien dll,mulai sekarang kita akan terbiasa melihat gambarnya Ir Djuanda Kartawidjaja pada Rp 50.000 kertas, Ratulangi dipecahan Rp 20.000 kertas, Frans Kai-siepo pada Rp 10.000 kertas dan Idham Chalid pada Rp 5.000 kertas. Sedangkan Mohammad Hoesni Tharin pada Rp 2.000 kertas, Tjut Meutia pada Rp 1.000 kertas, I Gusti Ketut Pudja pada Rp 1.000 logam, TB Simatupang pada Rp 500 logam dan terakhir, Tjipto Mangoenkoesoemo pada Rp 200 logam, Herman Johannes pada Rp 100 logam.

Kenapa kita harus mengenang pahlawan2 nasional kita, karena bangsa yg besar adalah bangsa yg bisa menghargai jasa2 Para Pahlawannya, biar loe sadar kalau kemerdekaan yg kita peroleh saat ini itu hasil jerih payah dari perjuangan yg sudah mengorbankan harta,darah bahkan nyawa Para pahlawan kita yg berasal dari suku,ras dan agama yg berbeda, Jgn loe kira HTI atau FPI yg memerdekakan bangsa ini.

Btw gua jadi heran kenapa di isi kepala kalian cuma ada China, semuanya kalian sangkut pautkan sama China mulai dari bus China,pekerja China,beras China dan sekarang uang China, hadeeh... hanya gara2 Ahok kalian kena Fobia China. capcai dech...dasar otak KW 3 buatan China.

Thursday, December 15, 2016

Eko Patrio Menolak Datang Ke Breskrim, Atas Pernyataan Bom Pengalihan Isu

Nazaret - Bareskrim Polri memanggil anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Eko Hendro Purnomo alias Eko "Patrio", untuk diminta keterangan, Kamis (15/12/2016).

"Kami akan meminta klarifikasi atas pernyataan yang dia (Eko) sampaikan. Kami sudah layangkan surat ke dia," kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Agus Andrianto saat dihubungi.


Namun, Agus tak mau menjelaskan masalah apa yang hendak diklarifikasi Polri dari Eko.

Sementara itu, Sekretaris Fraksi PAN di DPR, Yandri Susanto, mengatakan, berdasarkan informasi yang dia terima, pemanggilan Eko terkait pemberitaan media online.

Dalam berita itu, Eko menyebut bahwa pengungkapan bom Bekasi pada Sabtu (10/12/2016) merupakan pengalihan isu kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Eko enggak pernah ngomong begitu," kata Yandri di Kompleks Parlemen Senayan.

Menurut Yandri, Eko tak akan memenuhi pemanggilan tersebut. Alasannya, ada prosedur yang belum dilalui polisi sebelum memangil anggota DPR, yakni mendapat izin dari Presiden.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar membenarkan adanya laporan polisi terhadap Eko.

Laporan tersebut didaftarkan oleh penyidik di Bareskrim Polri. Polisi kemudian memanggil Eko untuk diklarifikasi.

"Dari laporan pihak penyidik sendiri," ujar Boy.

Wakil Kepala Polri Komjen Syafruddin sebelumnya meminta masyarakat tak meremehkan kasus-kasus terorisme yang belakangan ini ditangani Polri.

Menurut dia, banyak sentimen negatif yang menyebut penangkapan terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror merupakan upaya pengalihan isu.

"Teroris itu (masalah) serius ya, jangan ada komentar bahwa itu pengalihan isu atau sebagainya," ujar Syafruddin di kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Syafruddin mengatakan, banyak dari anak buahnya yang rela berbulan-bulan meninggalkan keluarga mereka untuk melacak keberadaan teroris.

Mereka berupaya mencegah agar jangan sampai terjadi ledakan yang merugikan masyarakat dan berdampak pada stabilitas nasional.

Terorisme tak hanya tumbuh subur di Indonesia. Bahkan, di negara-negara lain, seperti Mesir dan Turki, kelompok teroris merupakan ancaman utama untuk ditaklukkan.

"Alhamdulillah Indonesia bisa kita tanggulangi, antisipasi. Bisa tangkap sebelum meledak," kata Syafruddin.

Dibalik Tangisan Buni Yani , Polda Metro Sebut Buni Yani Biang Konflik di Masyarakat

Nazaret - Polda Metro Jaya melalui tim kuasa hukumnya menilai tindakan Buni Yani yang mengunggah ulang video pidato gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, di Kepulauan Seribu merupakan pemicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.  "Bukan video asli atau rekayasa, dengan unggahan ke akun Facebook Buni Yani mengakibatkan konflik di masyarakat yang dapat dilihat pada pelaksanaan sebelum di-upload oleh Buni Yani tidak ada konflik sebelumnya," kata tim kuasa hukum Polda Metro Jaya, Agus Rohmad, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2016).

Tidak hanya itu, Agus juga menegaskan tindakan Buni Yani tersebut telah melanggar hukum karena yang di-upload bukan haknya dan dinilai dengan sengaja bertujuan untuk menimbulkan rasa kebencian. Apalagi, ada penggunaan kalimat yang berbau provokasi. "Bahwa dengan ini termohon ditemukan tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak menyampaikan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian, permusuhan antarindividu berdasarkan atas SARA," jelasnya. Sebelumnya, dalam sidang pembacaan jawaban termohon tersebut, pihak Polda Metro Jaya membantah semua dalil pihak pemohon. Dia juga menegaskan, penetapan Buni Yani sebagai tersangka sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


Dalil Praperadilan Buni Yani Layak Ditolak

Kuasa hukum Polda Metro Jaya membantah semua dalil hukum yang dipakai oleh Buni Yani yang merupakan tersangka kasus dugaan pencemaran nama baik dan penghasutan dengan isu SARA. Bantahan itu disampaikan dalam sidang lanjutan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. "Kami dari tim kuasa hukum PMJ (Polda Metro Jaya) telah memberikan jawaban atas permohonan dari pemohon," kata Kepala Bidang Hukum Polda Metro Jaya Agus Rohmat di PN Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2016).

Lebih lanjut Agus mengatakan juga menjawab atas permohonan Buni Yani yang menyatakan penetapan tersangka terhadap dirinya tidak sesuai prosedur yang berlaku. Menurut Agus, peraturan itu sudah dicabut dan sudah tidak berlaku, sehingga tidak tepat apabila peraturan tersebut dijadikan dasar oleh Buni Yani untuk mengajukan praperadilan. "Tentang penandatanganan surat perintah penangkapan, yang bersangkutan mendalilkan dengan dalil Perkap Nomor 12 Tahun 2009 yaitu tanda tangannya adalah seorang Kasubdit. Telah kami jawab bahwa Perkap Nomor 12 Tahun 2009 yang dijadikan dasar oleh pemohon, berdasarkan Pasal 101 Perkap Nomor 14Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan, (aturan) itu telah dicabut dan dianggap tidak berlaku," tutur Agus.

Karena itu, Agus berharap agar majelis hakim menolak semua dalil hukum yang dipakai oleh tersangka dalam menunjukkan praperadilan. "Jadi apa yang didalilkan oleh pemohon sudah selayaknya ditolak oleh majelis hakim," kata Agus. Sebelumnya, dalam surat permohonannya yang dibacakan oleh kuasa hukumnya Aldwin Rahadian, Buni Yani mengatakan bahwa penetapan tersangka terhadap dirinya tidak sesuai dengan prosedur karena tidak dilakukan gelar perkara terlebih dahulu. Selain itu, Buni Yani juga membantah menerima surat penangkapan setelah ditetapkan sebagai tersangka. Selain itu, Buni Yani juga mengatakan bahwa penetapan tersangka terhadap dirinya tidak sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2009.


Sumber http://news.okezone.com/read/2016/12/14/338/1566546/polda-metro-dalil-praperadilan-buni-yani-layak-ditolak?utm_source=br&utm_medium=referral&utm_campaign=news

Akhirnya Wakapolri Angkat Bicara Soal Penangkapan Teroris Bekasi, Karena Disebut Hanya Pengalihan isu Oleh FPI dan Dagelan Eko

Nazaret - Wakil Kepala Polri Komjen Syafruddin meminta masyarakat tak meremehkan kasus-kasus terorisme yang belakangan ini ditangani Polri.

Menurut dia, banyak sentimen negatif yang menyebut penangkapan terduga teroris oleh Densus 88 Anti-Teror merupakan upaya pengalihan isu.


"Teroris itu (masalah) serius ya, jangan ada komentar bahwa itu pengalihan isu atau sebagainya," ujar Syafruddin di kompleks Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Syafruddin mengatakan, banyak anak buahnya yang rela berbulan-bulan meninggalkan keluarganya untuk melacak keberadaan teroris.

Mereka berupaya mencegah, jangan sampai terjadi ledakan yang merugikan masyarakat dan berdampak pada stabilitas nasional.

Terorisme tak hanya tumbuh subur di Indonesia. Bahkan, di negara-negara lain seperti Mesir dan Turki, kelompok teroris merupakan ancaman utama untuk ditaklukkan.
"Alhamdulillah Indonesia bisa kita tanggulangi, antisipasi. Bisa tangkap sebelum meledak," kata Syafruddin.

Syafruddin mengatakan, tak ada yang tahu isi pikiran teroris. Yang mereka tahu hanya membuat keresahan masyarakat dan menunjukkan eksistensi diri.

"Oleh karena itu, komentar yang menyatakan pengalihan isu macam-macam jangan lakukan itu. Tidak boleh," kata Syafruddin.

Mantan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri itu menegaskan bahwa Indonesia diakui oleh dunia mengenai penanggulangan terorisme.

Bahkan, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menjadi pembicara kunci dalam Sidang Umum Interpol pada awal November 2016, dan menyampaikan soal pemberantasan terorisme global.

Pernyataan  Eko Patrio Dalam Gurita Isu Teroris Bekasi

Penangkapan kelompok teroris Bekasi oleh Densus 88 Anti Teror mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Apresiasi tersebut memang pantas diberikan pada Polri karena teroris adalah musuh nyata bagi rakyat Indonesia.

Namun, hasil kerja keras Polri dalam menggagalkan rencana teroris di Bekasi yang berencana meledakkan bom di Istana Negara, ternyata dinilai negatif oleh Eko Patrio yang notabene adalah anggota DPR. Eko menganggap bahwa penangkapan teroris di bekasi adalah pengalihan isu dalam persidangan Ahok.

Entah apa yang ada dibenaknya sehingga menganggap teroris ditangkap hanya pengalihan isu? kalau bom meledak siapa yang disalahkan? Polisi juga kan?

Patut kita curigai bahwa isu yang dihembuskan adalah dilakukan oleh simpatisan teroris itu sendiri. Apakah Eko Patrio termasuk simpatisan atau pendukung teroris dan terorisme di Indonesia? Patut dipertanyakan...

Jika teroris tidak ditangani secara serius, mungkin bisa terjadi rentetan bom meledak di beberapa kota di pelosok dunia yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Istanbul Turki 39 tewas, Kairo Mesir 28 tewas, dan beberapa kota lain di afrika dengan total jumlah korban tewas mencapai ratusan. Apakah ini yang diinginkan?

Bom daya ledak tinggi yang berhasil diamankan Densus88 di Bekasi diduga adalah BAGIAN dari rangkaian serangan ini. 6 orang teroris ditangkap Densus 88 di Bekasi kemarin adalah sel teroris yang didanai oleh Bahrun Naim, yang sekarang diduga berada di Raqqa Suriah.

Penyangkalan oleh kelompok Radikal

Indonesia dengan segala kemakmurannya menjadikan republik ini benar-benar ibarat gadis seksi. Dahulu kala, Belanda bahkan sampai 350 tahun bercokol di negeri ini, sekedar untuk menghisap isinya. Jepang, turut serta kepincut, sayangnya Jepang ibarat lelaki yang tidak tahan lama ereksi. Hanya 3,5 tahun langsung keluar dari negeri non bohay ini sayang sekali.

berpuluh tahun berikutnya, anak bangsa yang cantik dan imut tapi lugu menggarap negeri tinggalan ayahanda. Dengan segala kekurangannya, terwujudlah negeri nan cantik rupawan dengan nama Republik Indonesia.

Kini setelah kemerdekaan yang ditempuh dengan perjalanan panjang dan amat memilukan sekelompok orang bertangan dingin menggarap gadis bohay tersebut.

Tahun 2015 adalah tahun penuh gejolak dalam diri sang gadis bohay bernama Indonesia. Pasalnya, bukan cuma anak bangsa yang sejatinya harus menggarap Indonesia dengan penuh kasih sayang, justru melucahnya hingga tercerabik kehormatan sang gadis.

Pemilihan presiden ibarat sebuah parade memasak, ia yang dijagokan mendapatkan pembelaan dari ibu-ibu. Acara selametan besar-besaran dilakukan. Tapi, anak bangsa terkurung dalam digdaya sang jagoan. Semua harapan pupus oleh keangkuhan.

Sang ibu pun tak lagi beceloteh ringan. Panci menjadi  media hebat untuk meledakan istana. Tak tanggung-tanggung, efek ledakannya mampu merusak sampai radius 300 meter.

Sebegitu hebatkan sang ibu muda?

Ataukah ini hanya upaya untuk mengalihkan perhatian para pendukung sang jagoan yang mulai sadar, akan coreng moreng yang selama ini tersembunyi?

Sungguh pedih. Jika saja para pahlawan bangsa hidup kembali, bisa mereka mengerti bahwa anak bangsa di saat ini sedang belajar untuk menata negeri Indonesia menjadi lebih baik?

Sayangnya rakyat mulai jengah. Rakyat lebih pintar dan sudah bisa memahami nyanyian penguasa. Negeri ini harus segera diselamatkan. Karena cara mengalihkah isu dengan Bom adalah suatu yang briliant. Panco oh, panci.

Sumber http://bebas.id/berita-utama/2016/12/2111/bom-dan-pengalihan-isu-yang-briliant-panci-oh-panci/



Nah Sudah gemblung kan ini orang ???

Masih Ingat Gak Ketua FPI Ditangkap Densus 88 Karena Terlibat Kelompok Teroris, Makanya Sampai Detik Ini FPI Berusaha Menggalang Masa

Nazaret - Kelompok Radikal memang selalu ingin mengguncang NKRI Dan selalu ingin menjadikan NKRI ini Menjadi Negara Syariat itu Fakta Sejak Jaman Orde lama, Dan Mereka Sejak Dulu senantiasa berbenturan IDEOLOGI dengan Kelompok Nasionalis dan Juga Berbenturan dengan Kelompok Komunis yang mengibaratkan Agama adalah Candu jadi jangan dicampur dengan Urusan Politik..

Dua orang terduga teroris ditangkap di wilayah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (25/1/2016).

Kedua orang tersebut yaitu Candra yang juga merupakan Ketua FPI Belopa dan Adri alias Awi yang merupakan DPO kasus terorisme di Poso.

Penangkapan tersebut dilakukan oleh Satuan Reskrim Polres Luwu bersama dengan empat personil Densus anti Teror 88.

Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans Barung Mangera, membenarkan terkait penangkapan ini.

“Iya, keduanya sudah diamankan,” kata Barung dalam pesan singkatnya.

Hingga saat ini, pihak Polda Sulselbar tengah mempersiapkan ekspose tersangka dan barang bukti.

Dua terduga teroris diringkus Senin kemarin di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, oleh anggota Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri dan Polres Luwu, sudah diberangkatkan ke Makassar, Selasa (26/1) pukul 10.45 WITA. Usai dari sana, keduanya bakal diterbangkan ke Jakarta.

Cara Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-JalanKabid Humas Polda Sulsel, Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, dua terduga teroris ini akan diberangkatkan ke Jakarta malam ini, menggunakan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 875 pukul 19.20 WITA. Dua terduga itu masing-masing Ahwy alias Harun dan Chandra Jaya alias Fatahilla.

"Iya benar dua terduga teroris ini diberangkatkan ke Makassar. Ini kami sementara di jalan," kata Kapolres Luwu, AKBP Adex Yudiswan, saat dikonfirmasi via ponselnya, Selasa (26/1).

Adex menambahkan, dua terduga pelaku ini nanti akan diterima resmi di Bandara di Makassar oleh AKBP Masjaya dari Densus Antiteror 88.

Menurut Frans, Ahwy diduga pelaku pembunuhan anggota Polri. Sementara Chandra terduga pelaku teror Poso dan menyembunyikan Ahwy. Chandra adalah ketua Front Pembela Islam (FPI) Belopa, Luwu.

"Ada empat personel dari Densus yang mengawal terduga teroris ini," ujar Frans.



Sumber https://www.merdeka.com/peristiwa/dua-terduga-teroris-diringkus-di-luwu-bakal-diterbangkan-ke-jakarta.html

Tuesday, December 13, 2016

Nota Keberatan Ahok dalam Persidangan Secara Lengkap

Nazaret - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meneteskan air mata saat membacakan eksepsi atau nota keberatan atas dakwaan penistaan agama yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum.

"Saya tidak habis pikir mengapa saya bisa dituduh sebagai penista agama Islam," kata Ahok dalam sidang di gedung eks Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).


Ahok mulai menangis saat teringat orangtua angkatnya yang muslim. Dia menceritakan tumbuh kembangnya di keluarga muslim. Dia diangkat anak oleh Andi Baso Amier, yang tak lain adalah mantan Bupati Bone, tahun 1967 sampai tahun 1970, beliau adik kandung mantan Panglima ABRI, almarhum Jenderal TNI Purn Muhammad Jusuf.

"Ayah saya dengan ayah angkat saya, bersumpah untuk menjadi saudara sampai akhir hayatnya. Kecintaan kedua orangtua angkat saya kepada saya, sangat berbekas, pada diri saya, sampai dengan hari ini," tutur Ahok.

Berikut isi lengkap Nota Keberatan Ahok yang dibacakan Ahok dalam persidangan:

Bapak Ketua Majelis Hakim, dan Anggota Majelis Hakim yang saya muliakan,

Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang saya hormati,

Penasihat Hukum dan Para Hadirin yang saya hormati,

Pertama-tama saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan, yang diberikan kepada Saya.

Berkaitan dengan persoalan yang terjadi saat ini, dimana saya diajukan di hadapan sidang, jelas apa yang saya utarakan di Kepulauan Seribu,  bukan dimaksudkan untuk menafsirkan Surat Al-Maidah 51 apalagi berniat menista agama Islam, dan juga berniat untuk menghina para Ulama. Namun ucapan itu, saya maksudkan, untuk para oknum politisi, yang memanfaatkan Surat Al-Maidah 51, secara tidak benar karena tidak mau bersaing secara sehat dalam persaingan Pilkada.

Ada pandangan yang mengatakan, bahwa hanya orang tersebut dan Tuhan lah, yang mengetahui apa yang menjadi niat pada saat orang tersebut mengatakan atau melakukan sesuatu. Dalam kesempatan ini di dalam sidang yang sangat Mulia ini, saya ingin menjelaskan apa yang menjadi niat saya pada saat saya berbicara di Kepulauan Seribu tersebut.

Dalam hal ini, bisa jadi tutur bahasa saya, yang bisa memberikan persepsi, atau tafsiran yang tidak sesuai dengan apa yang saya niatkan, atau dengan apa yang saya maksudkan pada saat saya berbicara di Kepulauan Seribu.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Ijinkan saya untuk membacakan salah satu Sub-judul dari buku saya, yang berjudul “Berlindung Dibalik ayat suci” ditulis pada tahun 2008. Saya harap dengan membaca tulisan di buku tersebut, niat saya yang sesungguhnya bisa dipahami dengan lebih jelas, isinya sebagai berikut, saya kutip:

Selama karir politik saya dari mendaftarkan diri menjadi anggota partai baru, menjadi ketua cabang, melakukan verifikasi, sampai mengikuti Pemilu, kampanye pemilihan Bupati, bahkan sampai Gubernur, ada ayat yang sama yang saya begitu kenal digunakan untuk memecah belah rakyat, dengan tujuan memuluskan jalan meraih puncak kekuasaan oleh oknum yang kerasukan “roh kolonialisme”.

Ayat ini sengaja disebarkan oleh oknum-oknum elit, karena tidak bisa bersaing dengan visi misi program, dan integritas pribadinya. Mereka berusaha berlindung dibalik ayat-ayat suci itu, agar rakyat dengan konsep “seiman” memilihnya.

Dari oknum elit yang berlindung dibalik ayat suci agama Islam, mereka menggunakan surat Almaidah 51. Isinya, melarang rakyat, menjadikan kaum Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin mereka, dengan tambahan, jangan pernah memilih kafir menjadi pemimpin. Intinya, mereka mengajak agar memilih pemimpin dari kaum yang seiman.

Padahal, setelah saya tanyakan kepada teman-teman, ternyata ayat ini diturunkan pada saat adanya orang-orang muslim yang ingin membunuh Nabi besar Muhammad, dengan cara membuat koalisi dengan kelompok Nasrani dan Yahudi di tempat itu. Jadi, jelas, bukan dalam rangka memilih kepala pemerintahan, karena di NKRI, kepala pemerintahan, bukanlah kepala agama/Imam kepala. Bagaimana dengan oknum elit yang berlindung, dibalik ayat suci agama Kristen? Mereka menggunakan ayat disurat Galatia 6:10. Isinya, selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Saya tidak tahu apa yang digunakan oknum elit di Bali yang beragama Hindu, atau yang beragama Budha. Tetapi saya berkeyakinan, intinya, pasti, jangan memilih yang beragama lain atau suku lain atau golongan lain, apalagi yang ras nya lain. Intinya, pilihlah yang seiman/sesama kita (suku, agama, ras, dan antar golongan). Mungkin, ada yang lebih kasar lagi, pilihlah yang sesama kita manusia, yang lain bukan, karena dianggap kafir, atau najis, atau binatang!

Karena kondisi banyaknya oknum elit yang pengecut, dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi, dan akhirnya mengandalkan hitungan suara berdasarkan se-SARA tadi, maka betapa banyaknya, sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan. Seorang putra terbaik bersuku Padang dan Batak Islam, tidak mungkin menjadi pemimpin di Sulawesi. Apalagi di Papua. Hal yang sama, seorang Papua, tidak mungkin menjadi pemimpin di Aceh atau Padang.

Kondisi inilah yang memicu kita, tidak mendapatkan pemimpin yang terbaik dari yang terbaik. Melainkan kita mendapatkan yang buruk, dari yang terburuk, karena rakyat pemilih memang diarahkan, diajari, dihasut, untuk memilih yang se-SARA saja. Singkatnya, hanya memilih yang seiman (kasarnya yang sesama manusia).

Demikian kutipan dari buku yang saya tulis tersebut.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Dalam kehidupan pribadi, saya banyak berinteraksi dengan teman-teman saya yang beragama Islam, termasuk dengan keluarga angkat saya Almarhum Haji Andi Baso Amier yang merupakan keluarga muslim yang taat.

Selain belajar dari keluarga angkat saya, saya juga belajar dari guru-guru saya, yang taat beragama Islam dari kelas 1 SD Negeri, sampai dengan kelas 3 SMP Negeri. sehingga sejak kecil sampai saat sekarang, saya tahu harus menghormati Ayat-Ayat suci Alquran.

Jadi saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa dituduh sebagai penista Agama Islam.

Saya lahir dari pasangan keluarga non-muslim, Bapak Indra Tjahaja Purnama dan Ibu Buniarti Ningsih (Tjoeng Kim Nam dan Bun Nen Caw), tetapi saya juga diangkat sebagai anak, oleh keluarga Islam asal Bugis, bernama Bapak Haji Andi Baso Amier , dan Ibu Hajjah Misribu binti Acca. Ayah angkat saya, Andi Baso Amier adalah mantan Bupati Bone, tahun 1967 sampai tahun 1970, beliau adik kandung mantan Panglima ABRI, Almarhum Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf.

Ayah saya dengan ayah angkat saya, bersumpah untuk menjadi saudara sampai akhir hayatnya.

Kecintaan kedua orangtua angkat saya kepada saya, sangat berbekas, pada diri saya, sampai dengan hari ini.

Bahkan uang pertama masuk kuliah S2 saya di Prasetya Mulya, dibayar oleh kakak angkat saya, Haji Analta Amir.

Saya seperti orang yang tidak tahu berterima kasih, apabila saya tidak menghargai agama dan kitab suci orang tua dan kakak angkat saya yang Islamnya sangat taat.

Saya sangat sedih, saya dituduh menista agama Islam, karena tuduhan itu, sama saja dengan mengatakan saya menista orang tua angkat dan saudara-saudara angkat saya sendiri, yang sangat saya sayangi, dan juga sangat sayang kepada saya. Itu sebabnya ketika Ibu angkat saya meninggal, saya ikut seperti anak kandung, mengantar dan mengangkat keranda beliau, dari ambulans sampai ke pinggir liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya, di Taman Pemakaman umum Karet Bivak.

Sampai sekarang, saya rutin berziarah ke makam Ibu angkat, di Karet Bivak. Bahkan saya tidak mengenakan sepatu atau sendal saat berziarah, untuk menghargai keyakinan dan tradisi orang tua dan saudara angkat saya itu.

Yang membuat saya juga selalu mengingat almarhumah Ibu angkat saya, adalah peristiwa, pada saat saya maju, sebagai calon wakil Gubernur  DKI Jakarta tahun 2012.

Pada hari pencoblosan, walaupun Ibu angkat saya, sedang sakit berat dalam perjalanan ke rumah sakit, dengan menggunakan mobil kakak angkat saya Haji Analta, ibu angkat saya, sengaja, meminta mendatangi tempat pemungutan suara untuk memilih saya. Padahal kondisinya sudah begitu kritis.

Dari tempat pemungutan suara, barulah beliau langsung, menuju ke rumah sakit, untuk perawatan lebih lanjut di ICU.

Setelah dirawat selama 6 (enam) hari, Ibu berdoa dan berkata kepada saya dan masih terus saya  ingat dan masih akan saya ingat, kata beliau: “Saya tidak rela mati sebelum kamu menjadi gubernur. Anakku, jadilan gubernur yang melayani rakyat kecil."

Ternyata Tuhan mengabulkan doa Ibu angkat saya.

Beliau berpulang tanggal 16 Oktober 2014, setelah ada kepastian Bapak Jokowi menjadi Presiden, dan saya juga sudah dipastikan menjadi Gubernur, menggantikan Bapak Jokowi. Pesan dari Ibu angkat saya selalu saya camkan , dalam menjalankan tugas saya, sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Sebelum menjadi pejabat, secara pribadi, saya sudah sering menyumbang untuk pembangunan mesjid di Belitung Timur, dan kebiasaan ini, tetap saya teruskan saat saya menjabat sebagai Anggota DPRD Tingkat II Belitung Timur, dan kemudian sebagai Bupati Belitung Timur. Saya sudah menerapkan banyak program membangun Masjid, Mushollah dan Surau, dan bahkan merencanakan membangun Pesantren, dengan beberapa Kyai dari Jawa Timur. Saya pun menyisihkan penghasilan saya, sejak menjadi pejabat publik minimal 2,5% untuk disedekahkan yang di dalam Islam, dikenal sebagai pembayaran Zakat, termasuk menyerahkan hewan Qurban atau bantuan daging di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Saya juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan, termasuk untuk menggaji guru-guru mengaji, dan menghajikan Penjaga Masjid/Musholla (Marbot atau Muadzin) dan Penjaga Makam.

Hal-hal yang telah saya lakukan di Belitung Timur, saat menjabat sebagai Bupati, saya teruskan ketika tidak menjadi Bupati lagi, sampai menjadi anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Bangka Belitung, sebagai Wakil Gubernur dan juga, sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini pun tetap saya lakukan.

Ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, saya juga membuat banyak kebijakan, diantaranya kebijakan agar di bulan Suci Ramadhan, para PNS dan honorer, bisa pulang lebih awal, dari aturan lama jam 15.00 WIB saya ubah menjadi jam 14.00 WIB, agar umat Muslim dapat berbuka puasa bersama keluarga di rumah, sholat magrib berjamaah, dan bisa tarawih bersama keluarganya.

Saya juga ingin melihat Balaikota mempunyai Masjid yang megah untuk PNS, sehingga bisa melaksanakan ibadahnya, ketika bekerja di Balaikota. Karena itu, Pemda membangun Masjid Fatahillah di Balaikota.

Di semua rumah susun (rusun) yang dibangun PEMDA, juga dibangun Masjid. Bahkan di Daan Mogot, salah satu rusun yang terbesar, kami telah membangun Masjid besar, dengan bangunan seluas 20.000 m2, agar mampu menampung seluruh umat muslim yang tinggal di rusun Daan Mogot. Kami jadikan masjid tersebut sebagai salah satu Masjid Raya di Jakarta.

Kami akan terus, membangun Masjid Raya/besar, di setiap rusun, kami akan terus membantu perluasan Masjid yang ada, dengan cara PEMDA akan membeli lahan yang ada di sekitar Masjid, sebagaimana beberapa kali telah saya sampaikan dalam pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam maupun Pengurus Dewan Masjid Indonesia di Balaikota.

Para Marbot dan penjaga makam juga PEMDA Umrohkan. Kami juga membuat kebijakan bagi PNS, menjadi pendamping Haji kloter DKI Jakarta.

Saya berharap bisa melaksanakan amanah orang tua dan orang tua angkat saya untuk melanjutkan tugas saya sebagai Gubernur di periode yang akan datang, sehingga cita-cita saya untuk memakmurkan umat Islam di Jakarta dapat terwujud.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Saya berani mencalonkan diri sebagai Gubernur, sesuai dengan amanah yang saya terima dari almarhum Gus Dur, bahwa Gubernur itu bukan pemimpin tetapi pembantu atau pelayan masyarakat.

Itu sebabnya, dalam pidato saya setelah pidato almarhum Gus Dur pada tahun 2007, saya juga mengatakan bahwa menjadi calon Gubernur, sebetulnya saya melamar untuk menjadi pembantu atau pelayan rakyat.

Apalagi, saya melihat adanya fakta, bahwa ada cukup banyak partai berbasis Islam, seperti di Kalimantan Barat, Maluku Utara, dan Solo juga mendukung calon Gubernur, Bupati, Walikota non-Islam di daerahnya.

Untuk itu, saya mohon ijin kepada Majelis Hakim, untuk memutar video Gus Dur yang meminta masyarakat memilih Ahok sebagai Gubernur saat Pilkada Bangka Belitung tahun 2007, yang berdurasi sekitar 9 (Sembilan) menit.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Saya ini hasil didikan orang tua saya, orang tua angkat saya, Ulama Islam di lingkungan saya, termasuk Ulama Besar yang sangat saya hormati, yaitu Almarhum Kyai Haji Abdurahman Wahid.

Yang selalu berpesan, menjadi pejabat publik sejatinya adalah menjadi pelayan masyarakat. Sebagai pribadi yang tumbuh besar di lingkungan umat Islam, tidaklah mungkin saya mempunyai niat untuk melakukan penistaan Agama Islam dan menghina para Ulama, karena sama saja, saya tidak menghargai, orang-orang yang saya hormati dan saya sangat sayangi.

Majelis Hakim yang saya muliakan.

Apa yang saya sampaikan di atas, adalah kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi. Dan saya juga berharap penjelasan saya ini, bisa membuktikan tidak ada niat saya, untuk melakukan penistaan terhadap Umat Islam, dan penghinaan terhadap para Ulama. Atas dasar hal tersebut, bersama ini saya mohon, agar Majelis Hakim yang Mulia, dapat mempertimbangkan Nota Keberatan saya ini, dan selanjutnya memutuskan, menyatakan dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima, atau batal demi hukum. sehingga saya dapat kembali, melayani warga Jakarta dan membangun kota Jakarta.

Majelis Hakim yang Mulia, terima kasih atas perhatiannya. Kepada Jaksa Penuntut Umum, serta Penasehat Hukum, saya juga ucapkan terima kasih.

Jakarta, 13 Desember 2016

Hormat saya,

Basuki Tjahaja Purnama




Sumber Liputan 6 http://news.liputan6.com/read/2676687/isi-lengkap-nota-keberatan-ahok-dalam-persidangan

Dibalik Tangisan Ahok Saat di Hadapan Hakim Bukan Karena Takut di Penjara

Nazaret - Saat Ahok Menangis di depan Hakim lalu banyak Status yang mengatakan Ahok takut dipenjara, itu adalah Opini yang salah, karena dari awal Ahok sudah mengatakan apapun hasil sidang itulah yang terbaik dan Ahok siap menerima apapun keputusan Hakim.

Terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menangis saat menjelaskan hubungan dekat dia dengan keluarga angkatnya yang beragama Islam di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam sidang perdana perkara penistaan agama.

"Saya lahir dari pasangan nonmuslim, tapi saya juga diangkat oleh keluarga muslim," ujar Ahok di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa, 13 Desember 2016.


"Ayah saya dengan ayah angkat saya bersumpah untuk menjadi saudara sampai akhir hayatnya. Kecintaan ayah angkat saya terhadap saya sangat berbekas terhadap diri saya sampai dengan hari ini," kata Ahok seraya terisak.

Kemudian, Ahok yang mengenakan batik panjang bernuansa cokelat itu terlihat diberikan sehelai tisu oleh panitia sidang. "Bahkan uang pertama S-2 saya dibayar oleh kakak angkat saya," kata Ahok melanjutkan.

"Saya seperti orang yang tidak tahu berterima kasih apabila saya tidak menghargai agama dan kitab suci orang tua dan kakak angkat saya Islam yang sangat taat," kata Ahok.

"Saya sangat sedih saya dituduh menista agama Islam. Tuduhan itu sama saja dengan saya mengatakan saya menista orang tua angkat dan saudara-saudra angkat saya sendiri yang sangat saya sayangi dan juga sangat sayang kepada saya," katanya menambahkan.

Dalam kehidupan pribadinya, Ahok mengatakan banyak berinteraksi dengan teman-teman yang beragama Islam, termasuk dengan keluarga angkatnya almarhum H. Andi Baso Amir, yang dia sebut merupakan keluarga muslim yang taat. Selain belajar dari keluarga angkat, Ahok mengatakan dia belajar dari guru-gurunya yang taat beragama Islam, dari kelas 1 SD negeri sampai dengan kelas 3 SMP negeri.

Calon Gubernur Jakarta bernomor urut dua tersebut menjelaskan dia tidak berniat menista agama Islam dan menghina para ulama dalam pidato yang ia sampaikan saat kunjungan kerja ke Pulau Seribu, tepatnya 27 September 2016.

Dalam tanggapannya, ia membacakan salah satu subjudul dari buku yang ia tulis tentang penyalahgunaan Surat Al-Maidah ayat 51 oleh para politikus. "Bisa jadi tutur bahasa saya yang memberikan persepsi atau tafsiran yang tidak sesuai dengan apa yang saya lihat dan yang saya maksud. Ada oknum atau elite yang berlindung di balik ayat suci. Mereka menggunakan Surat Al-Maidah ayat 51 yang isinya melarang kaum Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin mereka," kata Ahok.

Ini Alasannya Jokowi Dianggap Langgar HAM dalam Kasus Ahok

Nazaret - Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menilai Presiden Joko Widodo diduga sudah melanggar hak asasi manusia (HAM) dalam perkara dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Menurut Bonar, dalam sudut pandang HAM, negara wajib melindungi dan memenuhi HAM kepada seluruh warga negara. Dia merujuk pada teori representasi negara yang terdiri atas tiga unsur yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Unsur eksekutif bisa direpresentasikan sebagai pemerintah, termasuk institusi kepolisian dan kejaksaan.

Bonar menegaskan, negara wajib melindungi Ahok dalam perkara dugaan penistaan agama yang besok disidangkan. “Perspektif hak asasi manusia memang yang dilindungi itu bukanlah agama, tapi orang,” kata Bonar kepada Tempo di kantor Setara Institute Jakarta, Senin, 12 Desember 2016.

Dalam perpektif HAM, menurut Bonar, agama adalah sesuatu yang abstrak. Selain itu, agama tidak bisa dijadikan subjek hukum sehingga tidak perlu dilindungi. Ia menilai sesuai kaca mata hak asasi manusia, Ahok pada kasus dugaan penistaan agama tidak bisa disebut menistakan agama.

Menurut dia, penetapan status tersangka dan dakwaan yang diberikan terhadap Ahok bisa diartikan bahwa negara telah melanggar HAM terhadap Ahok sebagai individu. Secara tidak langsung, kepolisian dan kejaksaan adalah aparat dari pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi.

Jokowi menyerahkan kasus Ahok sesuai proses hukum yang berlaku. Bonar menilai langkah Jokowi tersebut secara tidak langsung menjustifikasi dan membiarkan pelanggaran HAM terjadi. Ia menganggap upaya yang dilakukan Presiden terhadap Ahok adalah untuk menghindari konflik yang semakin besar di kemudian hari.

Selain itu Presiden dinilai mempertimbangkan kestabilan dan keamanan nasional. Namun, Bonar menilai Presiden Jokowi berada dalam situasi yang dilema dalam menyikapi kasus Ahok. Bonar menilai masih ada kesempatan bagi negara untuk memenuhi HAM terhadap Ahok.

Dalam pengadilan, kata dia, selalu ada ruang bagi jaksa bukan hanya menguatkan apa yang didakwakan. Tetapi juga melihat perkembangan baru. Bisa saja, jaksa menarik dakwaan apabila memang tidak memenuhi syarat. “Kalau negara ingin menjaga, memenuhi HAM, seharusnya dia (jaksa) melihat kemungkinan itu."

Sementara itu, kasus penistaan agama yang membelit Ahok telah memasuki babak baru. Setelah kejaksaan menyatakan berkas kasus Ahok lengkap, pengadilan menjadwalkan sidang perdana terhadap Ahok. Sidang terhadap Ahok bakal digelar secara terbuka pada Selasa, 13 Desember 2016.

Adapun Joko Widodo berkali-kali menegaskan bahwa dia tidak akan melindungi Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dalam kasus dugaan penistaan agama. Ia pun memastikan tak akan mengintervensi kasus yang sedang diusut Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI itu.

"Rakyat perlu tahu, saya tidak akan melindungi Saudara Ahok karena sudah masuk proses hukum," kata Presiden Joko Widodo di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta Pusat, 9 November 2016. Karena itu, Jokowi meminta Polri menuntaskan kasus Ahok secara transparan dan tegas.



Sumber Tempo https://nasional.tempo.co/read/news/2016/12/12/063827328/jokowi-dianggap-langgar-ham-dalam-kasus-ahok-ini-alasannya#

Setya Novanto Diperiksa KPK 7,5 Jam, Terkait Kasus Korupsi E-KTP

Nazaret - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Setya Novanto, berjalan keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi setelah menjalani pemeriksaan selama tujuh setengah jam. Dia mulai diperiksa pada pukul 08.00 WIB, dan baru keluar pukul 15.30 WIB.

"Ya, ini saya diundang KPK sebagai saksi S (Sugiharto) dan Irman," kata Setya kepada awak media di gedung KPK, Selasa, 13 Desember 2016. Hari ini, Setya diperiksa terkait dengan kasus korupsi pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP).

Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan rela meninggalkan rapat paripurna demi menghadiri panggilan KPK hari ini. Menurut dia, sangat penting memberikan klarifikasi terhadap isu-isu yang beredar mengenai dirinya belakangan ini.

"Tentu ini saya terima kasih kepada KPK karena tadinya saya memang ada rapat paripurna, tapi karena ini sangat penting untuk bisa saya mengklarifikasi secara keseluruhan," ujar Setya.

Ketua Umum Partai Golkar itu enggan membeberkan pertanyaan apa yang diajukan penyidik kepadanya. Dia mengatakan ia telah menjawab dan menjelaskan semuanya kepada penyidik. "Substansinya silakan saja tanya kepada pemeriksa," kata dia.

Nama Setya menjadi tenar dalam kasus ini setelah dia disebut-sebut ikut menerima fee dari proyek senilai Rp 6 triliun. Bahkan, penelusuran majalah Tempo menyebut dia pernah meminta fee kepada bos PT Sandipala Arthaputra, Paulus Tannos. PT Sandipala merupakan salah satu perusahaan yang terlibat dalam konsorsium e-KTP.

Ditanya soal ini, Setya membantahnya. Dia mengatakan telah mengklarifikasi semua tudingan itu kepada penyidik. "Alhamdulillah saya begitu bahagia dan senang, karena sudah bisa memberikan penjelasan dan mengklarifikasi secara keseluruhan," katanya.

Dalam perkara ini, penyidik KPK baru menetapkan dua tersangka. Keduanya adalah Irman, mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri; serta Sugiharto, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. Sugiharto juga merupakan pejabat pembuat komitmen proyek pengadaan e-KTP.

Keduanya diduga menyalahgunakan wewenang sehingga menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 2 triliun.


Sumber : Tempo https://nasional.tempo.co/read/news/2016/12/13/063827516/kasus-korupsi-e-ktp-setya-novanto-diperiksa-kpk-7-5-jam

Pohon Natal Rp99 Miliar di Tanah Arab, Bagaimana dengan Indonesia

Nazaret - Di Indonesia terkadang Perayaan Natal masih dipermasalahkan Oleh Oknum Oknum Radikal, Bahkan Ada yang melarang Jangan datang untuk merayakan Natal, Akan tetapi di Negara ARAB yang selalu dijadikan Pedemonan oleh beberapa Golongan di Indonesia adalah Hal yang Terbaik namun Faktanya terkadang sangat berbeda apa yang diucapkan oleh beberapa Golongan di Indonesia ternyata Faktanya Berbeda, Inilah salah Satu Contohnya

Menyambut Natal, sebuah pohon terang raksasa berdiri megah di ibukota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi. Yang membuatnya tidak biasa, pohon itu berhiaskan emas, berlian, dan batu-batu berharga lain senilai lebih dari US$11 juta, sekitar Rp99,3 miliar.

Menurut kantor berita Associated Press, pohon terang itu berada di dalam Hotel Emirates Palace. Kepala Manajer hotel, Hans Olbertz, menjelaskan pohon cemara setinggi 13 meter itu dilengkapi 131 ornamen mewah, di antaranya emas, berlian, mutiara, zamrud, nilam, dan bebatuan berharga lain.

"Pohonnya sendiri seharga US$10.000, sekitar Rp90,3 juta. Perhiasannya senilai lebih dari US$11 juta. Jadi, saya kira totalnya sebesar US$11,4 atau US$11,5 juta," kata Olbertz seperti yang dikutip di laman harian Daily Mail, Kamis, 16 Desember 2010.

Pihak hotel berencana mendaftarkan pohon terang itu untuk didokumentasikan di lembaga pencatat rekor terkemuka, Guinness Book of World Records, sebagai pohon yang termahal. Bagi Olbertz, pohon itu melambangkan Emirates Palace sebagai hotel berbintang tujuh yang sangat mewah.

Ditanya, apakah pemasangan pohon terang itu bisa menyinggung sentimen rakyat UEA, yang hampir semuanya Muslim, Olbertz menepis kekhawatiran itu. "Ini adalah negara yang sangat liberal," kata Olbertz.

Sunday, December 11, 2016

Dibalik Cadar Wanita Calon Pengantin Bom Istana..

Nazaret - Seorang wanita bercadar ditangkap Anggota Detasemen Khusus 88 Markas Besar Kepolisian RI dari sebuah rumah kos di Jalan Bintara Jaya VIII RT 4 RW 9, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, pada Sabtu, 10 Desember 2016, sekitar pukul 15.50 WIB.

"Kami kaget, banyak polisi. Ternyata ada penangkapan teroris," kata warga setempat, Dewi, 50 tahun saat ditemui Tempo di lokasi, Sabtu malam, 10 Desember 2016. Dewi mengaku tak mengenal wanita yang ditangkap dari rumah kos yang berada di kamar 104 tersebut.

Seingat dia, kamar tersebut dihuni oleh sepasang suami-istri. "Mereka tinggal belum sampai seminggu," kata Dewi.

Menurut Dewi, warga baru itu tak pernah bersosialisasi dengan warga lain. Dewi yang merupakan seorang pedagang bubur ini mengaku sering melihat wanita tersebut pergi dari rumah kos pada pagi hari. Waktu pulang wanita itu tak tentu. "Kadang malam, kadang petang."

Dewi menyebutkan, ciri-ciri wanita tersebut berperawakan sedang, kurus, memakai cadar. Bila diamati dari matanya, kata dia, wanita tersebut masih tergolong muda. Sedangkan, laki-lakinya, Dewi mengaku belum pernah melihat secara dekat. "Saya tahunya pagi saja, karena jualan bubur," ucap dia.

Selain menangkap Dian, polisi juga menangkap dua orang laki-laki yang baru saja mengantarkan Dian ke rumah kos tersebut. Keduanya Nur Solihin dan Agus Supriyadi ditangkap di sekitar jembatan Kalimalang, Jalan KH Noer Alie, Kelurahan Bintara Jaya, Bekasi Barat setelah dibuntuti oleh petugas.

Berdasarkan informasi dari Kepolisian, Dian sudah membuat surat wasiat kepada orang tuanya di Cirebon, Jawa Barat. Surat tersebut berisi sebuah pesan bahwa dia hendak melakukan aksi amaliah atau bom bunuh diri di Istana Presiden bersamaan dengan kegiatan car free day pada Ahad, 11 Desember 2016.

Surat wasiat itu dikirimkan melalui Kantor Pos Bintara Jaya, Bekasi Barat. Namun, keburu ditahan oleh Anggota Densus 88 Antiteror sebelum dikirimkan. Usai dari kantor Pos tersebut para terduga teroris ditangkap tanpa memberikan perlawanan.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Argo Yuwono mengatakan, tersangka berencana meledakkan bom pada Ahad, 11 Desember 2016. Adapun bom yang disiapkan mempunyai daya ledak tinggi bahkan bisa menghancurkan hingga radius 300 meter. "Kecepatan mencapai 4.000 kilometer per jam," kata Argo di lokasi.


Isi Lengkap Surat Wasiat Dian, Calon Pengantin Bom Bekasi


Penangkapan tiga pelaku terduga teroris Bekasi yang memiliki bom seberat 3 kg untuk diledakkan di kompleks Istana Negara, dilakukan di dua tempat berbeda.
Nur Solihin dan Agus Supriyadi di bawah flyover Kalimalang, sementara Dian Yuli Novi ditangkap di tempat kos Jalan Bintara Jaya VIII. Ditemukan bom jadi di dalam kamar 104 yang tersimpan di dalam tas ransel warna hitam.

Sebelum melakukan penangkapan, petugas memang telah membuntuti Nur Solihin sejak dari Solo, Jawa Tengah. Setibanya di Jakarta, Nur Solihin menjemput Agus dan Dian di daerah Pondok Kopi yang membawa sebuah kardus.

Selanjutnya Dian diantar ke kantor pos Bintara untuk mengirim paket yang dibungkus kardus. Ketiganya terus dibuntuti petugas. Namun, petugas lain juga memeriksa paket milik Dian yang berada di kantor pos tersebut.

Paket tersebut ternyata berisi barang-barang berupa pakaian dan surat wasiat dari  Dian Yuli Novi kepada suami dan orangtuanya. Surat wasiat tersebut menyatakan kesiapan Dian untuk melakukan amaliyah. Surat wasiat tersebut ditulis dengan tinta biru dan dilipat menjadi empat bagian. Karena yakin akan ada aksi, petugas langsung melakukan penangkapan terhadap ketiganya.
Berikut surat wasiat itu:
Assalamu'alaikum wr.wb.
Bismilah
Sega puji bagi Allah Ta'ala kebb semesta Alam. Sholawat dan salam tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Wahai Mujahidku...
Kita berjumpa dan perpisah karena Allah SWT dan mengharapkan Ridha-Nya.. Biiabnillah, Puji syukur Allah Ta'alla telah memperjodohkan kita walau hanya sekejap. Mungkin tak banyak kenangan diantara kita, Namun Alhamdulillah sudah lebi dari cukup bagiku merasakan indahnya sebagai istri walau kusadar saya masih jauh dari predikat istri sholehah.
Dan afwan A bila saya selama mejadi istri Aa mempunyai salah dan dari segala sikapku yang kurang berkenan dihati antum saya berharap aa dapat mengiklaskan dan meridhai kepergianku.
Kareka kusadar ridha dan keikhlasan aa sebaga suami sangat penting untukku.
Doa'akan saya juga supaya daganganku diterima disisinya dan mandapatkan nikat syahid.. Aamiin Alluhmma Aamiin...

Dan seiringnya waktu alhamdulilah cinta itu tumbuh dan semoga abadi sampai jannah-Nya.
Sampaikan salam dan ucapan jazakillah khairan khatsir pada Umi Nabhan karena beliau telah ikshlas berbagi suami dan semoa kita semua berkumpul dijanah-Nya kelak. Aamin Alluhma Aamiin.
Ya Mujahidku, teruskanlah perjuangan Dian ini dan jangan berbalik arah Naudzubillah buatlah allah Ta'alla tersenyum dengan jalan kita meski banyak rintangan yang akan dihadapi.. Sunatullah
Sudah dulu ya.. Ainsya Allah kita sambung kemali dan berkumpul ditempat lebih indah.

Wassalam...
Dian


Kata - Kata Ahok Vs Lembaran Alquran Dijadikan Bungkus Makanan Lebih Menistakan Yang Mana ??

Nazaret - Perlu Kita Ketaui Saat Ini Masalah Penistaan sedang Menjadi Trend diberbagai Media, Mulai Dari Kampung sampai Kota semua Bicara Ahok, Sepertinya Ahok ini Biang kerok dan lain lain, padahal disaat yang bersamaan juga ada Kasus Puluhan Lembar Alquran dijadikan Bungkus Makanan saat di Kota Cirebon ada hajatan, Akan tetapi justru yang menjadi trend adalah masalah Ahok, Pertanyaannya Kenapa Mui Hanya membuat Fatwa pada Kasus Ahok ?? Kenapa FPI dan HMI hanya Demo menuntut Kasus Ahok ??

Sekali lagi Kita sudah seharusnya mulai Intropeksi diri dan menyadari akan sebuah tindakan tindakan yang kadang diluar Logika... Ahok selama ini memang menjadi Trend dan sangat mudah Untuk senantiasa menjadi berita Utama diberbagai media, baik media yang Pro maupun Media yang tidak Pro dengan Ahok..

Nah Dalam Hal Ini Sebenarnya siapa yang Paling Menistakan ALQURAN apakah Ucapan Ahok ? ( Ahok mengatakan jangan mau dibodoi oleh orang orang pakai Surat .... itu Efek dari seringkali orang orang sering menggunakan Kata2 itu untuk membuat Sara makanya Ahok sampai bicara seperti itu, ini Fakta Loh Bahkan Bang Haji Roma Irama di Panggung Terbuka sering Menggunakan Kata itu Untuk menyerang Lawan Politik ) atau Orang yang menggunakan Lembaran ALQURAN sebagai Bungkus Makanan???

Masih Ingat kan kasus Puluhan lembar Alquran dijadikan bungkus makanan seperti nasi, lauk, dan kue di salah satu hajatan warga di Dusun 05, Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.  "Ada sebanyak 20 lembar Alquran (yang dipakai untuk bungkus makanan hajatan)," kata salah seorang warga setempat bernama Nawawi  Jumat (14/10/2016). Nawawi mengatakan dirinya tidak mengetahui secara pasti akan kejadian itu. Namun, lingkungan masyarakat di desanya heboh akan beredarnya lembar Alquran yang dijadikan bungkus makanan. "Informasi yang didapatkan, lembaran Alquran tersebut dibeli dari sebuah toko di desa itu, namun belum mengetahui pasti asal mulanya," ungkap dia.


Bahkan MUI yang begitu cepat mengeluarkan Fatma dengan Kasus Ahok tapi dengan Kasus Lembaran ALQURAN ini mui hanya bilang seperti Ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta semua pihak mengedepankan kemaslahatan. Hal tersebut terkait adanya temuan puluhan lembaran Alquran dijadikan bungkus makanan, seperti nasi, lauk, dan kue di salah satu hajatan warga di Dusun 05, Des Gebang Kulon, Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu 15 Oktober 2016. Ketua Bidang‎ Hubungan Luar Negeri MUI, KH Muhyiddin, menegaskan seharusnya oknum terkait mengutamakan kemaslahatan.

"Kepada semua pihak terkait itu seharusnya mengedepankan kemaslahatan yang lebih luas seraya menghormati kitab suci dengan segala bentuknya," ujar Muhyiddin saat dikonfirmasi  Minggu (16/10/2016). Sementara itu, MUI meminta masyarakat agar menghormati semua kitab suci, termasuk Alquran. Oleh karenanya, Muhyiddin berharap ke depan kejadian tersebut tidak terulang kembali. "Jangan jadinya digunakan untuk kepentingan komersial karena akan mengurangi kesakralan kitab suci," tuturnya.

Ya Hanya Seperti Itu untuk kasus Lembaran ALQURAN yang dijadikan Bungkus Makanan, Tanpa ada Demo, Tanpa Ada suara Keras dan Tanpa Ada Fatwa, Sangat berlawanan Jauh dibandingkan Kasus Kata kata Ahok.... ????? Pertanyaan Kenapa Bisa begitu ???

Sekali Lagi Kita sebaiknya Mulai intropeksi diri sendiri, jangan Malah menggunakan ISU yang lain yaitu ISU Komunis yang Ingin bangkit lagi di Indonesia. Padahal Sudah sering kali kita mendengar Justru FPI mendukung ISIS ( organisasi ISIS sangat dilarang di Indonesia dan Dunia  tapi Organisasi Komunis Hanya dilarang di beberapa Negara termasuk di Indonesia ). Kenapa Mereka yang gak suka dengan Pemerintahan Saat Ini selalu Ingin mengadu Domba dengan Menyebarkan ISU Bangkitnya Komunis ??? Jelas Bisa kita Tarik Lagi Bahwa Polri Mencurigai TOMMY SUHARTO yang membiayai Program MAKAR dan saat Ini sedang diselidiki Polri.. Semua juga sudah Tau Bahwa TOMMY SUHARTO anak SUHARTO dan Pernah ditangkap Jendral Tito serta Pada Masa Pemerintahan SUHARTO selalu Menebar Kebencian Terhadap KOMUNIS yang sebenarnya kita tau kalau mau mengakui saat itu Kenapa Gak Angkat senjata jika Memang mau memberontak ?? Kenapa Panglima AURI dijebloskan Ke Penjara ? , kenapa Sukarno di Penjara dll ???

Hanya Isu Komunis lah yg akan bisa memicu gelombang besar di Indonesia, sehingga Proyek Makar Akan segera bisa tercapai, Nah Tommy Tentu akan menggunakan Trick Ayahnya dulu yaitu ADU DOMBA...

Waspadalah dengan Keadaan Saat ini, dengan ISU AGAMA dan ISU Komunis karena itu bisa Memacah Persatuan Indonesia...

Saturday, December 10, 2016

Kasus Ahok Jadi Soal Ujian di Sekolah Muhammadiyah ?? Masih Layakkah Ini disebut Guru??

Nazaret - Kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama rupanya terbawa hingga ke soal ujian sekolah. Kasus ini menjadi salah satu soal yang diujikan di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 1 Purbalingga.

Dalam soal nomor 48 ujian mata pelajaran tarikh tersebut, ditanyakan: “Siapakah nama calon Gubernur Jakarta yang melecehkan Al-Quran saat ini?” Soal pilihan ganda itu menyediakan jawaban: a. Paijo b. Ahik c. Ken Arok d. Basuki (ahok).

Ujian pelajaran tarikh atau sejarah itu adalah untuk kelas IX dan dilaksanakan pada Jumat, 2 Desember 2016. Ada 50 soal pilihan ganda dan lima soal dengan jawaban terbuka.

Ketua Majelis Pendidikan, Dasar, dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purbalingga menerangkan dia baru mengetahui kejadian itu pada Senin, 5 Desember 2016. Mengetahui hal tersebut, dua hari setelah itu, Sukamto melayangkan surat teguran kepada Jumanto, guru yang membuat soal tersebut.

“Ini dilakukan oleh guru tersebut karena gurunya mungkin belum berpengalaman dan kurang memahami situasi. Yang bersangkutan sudah membuat surat pernyataan minta maaf tertulis,” katanya kepada Tempo, Jumat, 9 Desember 2016.

Sukamto menambahkan, pembuatan soal mata pelajaran ciri khusus, seperti tarikh, Al-Islam, bahasa Arab, dan kemuhammadiyahan, dibuat berdasarkan kebijakan sekolah masing-masing. Namun dia menjamin kejadian tersebut tidak terjadi di sekolah Muhammadiyah lainnya. “Tidak ada verifikasi soal dari majelis. Tapi biasanya setiap akhir tahun ada yang harus dikoordinasikan pada semua pelajaran ciri khusus,” ujarnya.

Tempo mencoba mendatangi SMP Muhammadiyah 1 Purbalingga. Namun Jumanto tidak berada di sekolah. Menurut beberapa guru di sekolah tersebut, Jumanto merupakan guru bimbingan konseling.

Berdasarkan surat pernyataan permohonan maaf tertulis yang dibuat Jumanto, yang diperoleh Tempo dari PD Muhammadiyah Purbalingga, dia mengaku membuat soal tersebut karena dikejar deadline dengan kondisi kelelahan dan kurang fokus. Sebab, soal yang sudah dibuatnya dan tersimpan di komputer sekolah hilang karena rusak. Jumanto mengakui yang sudah dia lakukan tidak sesuai dengan buku ajar. “Saya secara pribadi tidak ada niat bahwa naskah yang saya buat menimbulkan perbedaan pendapat sekarang ini,” tulis Jumanto.


Sumber Tempo : https://m.tempo.co/read/news/2016/12/09/079826747/kasus-ahok-jadi-soal-ujian-di-sekolah-muhammadiyah

Thursday, December 8, 2016

Apakah Korupsi Dana Haji Tidak Termasuk Penistaan Agama?? Sudah ditetapkan Tersangka Tapi Juga Belum Dipenjara

Nazaret - Kemana MUI dan FPI dan HTI Kenapa tidak melakukan Demo Besar Besaran Pada saat Korupsi Dana Haji?? apakah itu Bukan Penistaan Agama, sehingga mereka tidak Gencar Berdemo??? Padahal Korupsi Tahun 2012 tapi Sidang Perdananya baru pada Bulan Januari 2016

Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) telah menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan barang dan jasa dalam penyelenggaraan haji tahun anggaran 2012-2013. ( sudah Jadi Tersangka Tetap Bebas )

KPK menduga ada penyelewengan dana haji dengan nilai proyek mencapai Rp 1 triliun. Dalam kegiatan itu, diduga pembiayaannya tidak sesuai. Ongkos yang harus dibayarkan terlalu mahal.

"Katering, pemondokan, transportasi. Ada dana-dana yang dibayarkan tidak sesuai. Kemahalan," ujar Pimpinan KPK Zulkarnain, saat dihubungi wartawan, Kamis (22/5).

Atas perbuatan itu, SDA diduga melanggar Pasal 2 dan 3 UU No. 31 Tahun 1999.

Pasal-pasal tersebut yakni perbuatan melawan hukum yang dapat menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi, dan juga merugikan negara. SDA juga diduga menyalahgunakan kewenangan selaku Menteri Agama RI yang merugikan negara.

Suryadharma Ali bukan satu-satunya menteri agama yang dijerat kasus korupsi. Sebelumnya ada Said Agil Husin Al Munawar , menteri agama pada Kabinet Gotong Royong era Megawati Soekarnoputri .

Said menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi dalam penggunaan Dana Abadi Umat dan Biaya Penyelenggaraan Haji. Dia diduga merugikan negara Rp 719 miliar.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 7 Februari 2006 menjatuhkan vonis lima tahun penjara pada Said Agil. Putusan ini diperberat Pengadilan Tinggi Jakarta menjadi tujuh tahun penjara.

Akhirnya MA mengembalikan vonis sesuai dengan pengadilan negeri, kembali ke vonis lima tahun penjara.

Namun Said Agil tak lama dipenjara, sekitar pertengahan tahun 2008 dia sudah bebas bersyarat.

Selain terjerat kasus korupsi, menteri Said Agil juga dapat sorotan gara-gara membongkar situs Batu Tulis di Bogor untuk mencari harta karun.

Siapa yang Paling Menistakan Agama?? Kata kata menistakan Atau Perbuatan Korupsi ??

Nazaret - Hati saya berkecamuk setelah mengamati peristiwa "doa massal" yang diwarnai dengan yel-yel PENJARAKAN AHOK, dan yel-yel sektarian lainnya, dan kibaran bendera-bendera hitam sekilas dari jauh seperti bendera ISIS, Presiden sholat Jumat dan mendengarkan khotbah Rizieq kemudian naik panggung menyapa umat, jumlah umat yang luar biasa banyaknya, antara lega, bangga, heran dan bertanya-tanya: Apa Yang Dicapai Dari Usaha Yang Luar Biasa ini?

Yang tertangkap di benak saya yang awam ini adalah: 

1. Ternyata umat Islam kita sangat terorganisir dengan rapih dan damai kalau dikawal dengan baik dan agitator dikontrol. Ini modal sosial dan enerji luar biasa yang belum digali dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat, untuk memajukan Indonesia dan mengatasi segala masalah, terutama korupsi, satu-satunya masalah yang membuat Indonesia terpuruk diantara negara-negara dunia.

2. Presiden dan Wakil Presiden adalah orang-orang yang berani. Saya seorang yang sangat kritis terhadap mereka berdua, ternyata merasa sangat cemas dengan keselamatan mereka sewaktu sholat massal. Salut dan kagum Pak Presiden dan Wapres, Anda berdua adalah pemimpin sejati negeri ini.

3. Simbol negara ini ternyata berwibawa: Rizieq yang biasanya mulutnya seperti comberan, dimana kata-kata kotor seperti kutil babi dan kodok istana dipakai dalam khotbah-khotbahnya, kemarin agak sopan. Dia yang biasanya melakukan agitasi untuk mendukung khilafah Islam, kemarin bicara untuk menjaga perdamaian persatuan NKRI walaupun dengan nuansa sektarian. Jokowi JK hebat, saluut. Walaupun, begitu Presiden berbalik, belum turun panggung, langsung Rizieq orasi "TANGKAP AHOK" membuat perut kita mual. Haruskah Presiden menanggung hinaan seperti itu? Tapi Presiden cuek dan berjalan kembali ke istana. Saluut atas sikap dingin beliau. You are cool President.

4. Kejadian di panggung ini mengungkap siapa Rizieq sebenarnya, pengecut di depan orang yang dia sebut sebagai kutil babi dan kodok, hanya berani di belakangnya, dan dia kemarin adalah musang berbulu ayam di depan Presiden. Ternyata jelas, dia seorang pengecut.

5. Diplomasi Kapolri dan TNI yang memberikan madu dan racun pada saat bersamaan: madu dalam bentuk ijin berkumpul dengan syarat hanya berdoa, racun dalam bentuk ancaman dengan menangkapi orang-orang yg vokal berbicara menjatuhkan Presiden dan makar, sangat efektif menjinakkan agitator-agitator seperti Rizieq, Munarman, dan membuat Fadli Zon dan Fachry Hamzah tidak menghadiri doa massal ini. Ini pendekatan yang sangat canggih. Saluut.

6. Namun, saya terhenyak mendapati kenyataan bahwa fenomena seorang Ahok dipakai oleh berbagai pihak untuk menaikkan pamornya, bukan hanya Rizieq, penantang Ahok dalam Pilkada, bahkan oleh Kapolri, dengan membandingkan pemrosesan kasus tuduhan penistaan agama dengan tuduhan korupsi yang ditangani KPK. Buat apa Kapolri mengucapkan hal tersebut? Apakah beliau membutuhkan legitimasi, dukungan dan persetujuan dari Rizieq dan gerombolannya? Publik sangat mengapresiasi Kapolri, kenapa harus membandingkan dengan KPK? Walaupun sudah minta maaf katanya kepada KPK, hal ini sangat menjatuhkan wibawa beliau sebagai Kapolri yg mestinya netral dan berwibawa dihadapan gerombolan agitator.

Ahok dihujat tetapi juga dibutuhkan untuk menaikkan pamor.

Pada saat yang bersamaan, hati saya berontak dan bertanya-tanya:

1. Apa maslahat yang dicapai umat Islam dari dua kegiatan besar yang menghabiskan biaya puluhan milyar rupiah ? Rasa kepuasan membela agama? Apa yang diharapkan dari pemuasan ego itu? Kebanggaan? Siapa yang diuntungkan dari keberhasilan ini?

2. Betapa mudahnya umat Islam Indonesia digugah rasa kebanggaan terhadap agamanya dengan kata-kata penistaan agama. Kenapa umat Islam Indonesia tidak tergugah dengan korupsi yang memurukkan negeri ini? Bukankah korupsi lebih menistakan agama karena memiskinkan rakyat yang paling miskin? Kenapa tidak ada meme dan orasi untuk Bela Islam Dari Korupsi? Kenapa tidak ada ulama yang mengajak berjihad untuk memberantas korupsi dan secara terus menerus memberi semangat dan mengajak umat lewat khotbah berkobar-kobar di mesjid-mesjid?

3. Sesudah Presiden dan Wapres menghadiri sholat Jumat, apakah yang akan dilakukan pemerintah terhadap FPI dan HTI serta organisasi lain dan agitator-agitator yang sudah jelas-jelas terbukti menghina simbol negara dengan menyebut Kutil babi dan kodok istana, atau yang jelas-jelas mengajak orang membunuh Ahok atau yang jelas-jelas mendukung konsep khilafah Islam (makar) dan yang sudah terbukti melakukan dan sering melakukan main hakim sendiri ? Apakah akan tetap dibiarkan seperti sekarang atau akan didisiplinkan dan dihentikan sebelum membesar dan tidak terkontrol? Akankah hukum akan mencapai orang-orang yang mengorganisasikan massa untuk membela kepentingannya? Akankah hukum mencapai orang-orang yang berada di belakang layar?

4. Apakah Pemerintah akan mencegah dan menunjukkan tidak bisa ditekan untuk menegakkan keadilan dalam proses penanganan hukum tuduhan penistaan agama versi Rizieq berikutnya, yaitu memenjarakan dan menghukum Ahok? Sejauh ini, massa tidak berhasil menekan polisi untuk menangkap Ahok, sekarang bola panas ada di Kejaksaan Agung dan Jaksa Agung menerima tekanan dan dibully untuk menahan Ahok. Apakah pemerintah akan menjaga agar tidak ada tekanan di pengadilan untuk menghukum Ahok? Keadilan tidak bisa ditegakkan menurut versi kelompok tertentu dan melanggar rasa keadilan kelompok lain. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak sesuai dengan materi pembuktian di pengadilan. Kalau ini terjadi, maka keadilan di negeri ini akan hancur.

5. Apa langkah berikutnya bagi umat Islam Indonesia? Sangatlah sia-sia jika enerji dan biaya yang dikeluarkan untuk tuduhan penistaan ini tidak dikapitulasikan menjadi enerji dan kekuatan yang berguna bagi kemaslahatan umat, misalnya pemberantasan korupsi.

Saya sebagai umat Islam, meminta para ulama untuk mengobarkan jihad untuk melawan korupsi, karena saat ini tidak ada negara Islam atau negara yang rakyatnya mayoritas Islam berada pada level atas negara-negara yang bersih dari korupsi. Sebaliknya, negara-negara yg mayoritas rakyatnya beragama Islam berada di paling bawah peringkat korupsi dunia.

Semoga Allah SWT memberikan hidayahNya kepada ulama Indonesia untuk memimpin umat Islam Indonesia berjihad di bidang ini. Amiin ya Rabbal Alamin.

Emmy Hafild (fb)

Sumber http://www.healmagz.com/2016/12/tulisan-cerdas-wanita-ini-menohok.html?m=1#

Wednesday, December 7, 2016

Jaman Suharto Pengedit Video Penistaan Agama Gak di Hukum Apakah Sekarang Juga Sama???

Di era Soeharto, dalam sebuah acara di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Permadi mengatakan, undang-undang dasar memungkinkan presiden menjadi diktator secara konstitusional. “Soekarno diktator, Soeharto diktator. Di tengah diskusi itu, Permadi masih ingat betul, ada seorang peserta diskusi menyatakan sepakat dengan pernyataannya tentang diktator. “Rafly Harun, yang sekarang profesor tata negara, dulu masih mahasiswa. Dia bilang bahwa hanya ada satu diktator di dunia ini yang baik, yakni Nabi Muhammad. Karena bukan untuk kepentingan pribadi dan golongannya tapi untuk umatnya. Saya pun langsung bilang, saya sependapat dengan anda, Nabi Muhammad adalah diktator yang baik seperti yang anda katakan,” kenang Permadi.

Permadi melanjutkan, acara diskusi itu ternyata direkam oleh sekretariat UGM. Kemudian dibagi-bagi. "Saya pun mendapatkan satu yang asli. Namun rekaman itu jatuh ke tangan Harmoko.Kemudian rekaman dipotong-potong, ucapan Rafly Harun tidak ada, yang ada hanya jawaban saya, Nabi Muhammad Diktator. Disebar luaskan ke umat Islam. Langsung ribuan umat Islam datang ke Kejaksaan Agung, lalu datang ke rumah saya sambil membawa poster, tangkap Permadi, gantung Permadi. darah Permadi halal. Saya langsung ditangkap dan dipenjara,” katanya.

Memasuki persidangan, Permadi membawa rekaman utuh kepada majelis hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta. “Hakim heran. Dia tahu karena ini rekayasa,”. Di persidangan, majelis hakim memvonis Permadi dengan hukuman tujuh bulan penjara. Namun entah bagaimana rekaman asli itu sampai ke tangan Presiden. Pak Harto marah dan malu karena Permadi di perlakukan tidak adil. Semua karena ulah Harmoko, Faisal Tanjung dan Din Samsudin yang sehingga menjadikan dirinya terpidana dengan memotong motong rekaman asli ( https://www.youtube.com/watch?v=qrUBmPphAMc). Akhirnya Pak Harto memerintahkan agar Permadi di bebaskan dari penjara. Dia hanya menjalani hukuman 1 bulan tanpa proses banding atau pembelaan secara hukum. Tapi tidak ada yang bisa membantah bahwa Permadi telah di perlakukan tidak adil selama proses peradilan terhadap dirinya.

Andaikan kasus Permadi itu di zaman Jokowi, Permadi tidak akan di penjara dengan tuduhan yang belum terbukti bersalah itu. Tapi di era Soeharto itu biasa saja. Andaikan kasus Permadi itu di era Jokowi, dia akan di bebaskan oleh Hakim karena bukti yang dia berikan tidak sama dengan bukti yang di jadikan jaksa sebagai dasar menuntutnya. Tapi di era Soeharto, itu biasa saja. Andaikan kasus Permadi itu di zaman Jokowi, maka Harmoko , Faisal Tanjung, Din Samsudin akan jadi tersangka karena bukti yang di laporkan tidak sama dengan aslinya. Tapi di era Soeharto, itu biasa saja.

Ahok bukanlah Permadi walau kasusnya tidak jauh beda dengan Permadi dimana di nyatakan bersalah karena sebuah " kata kata", dan Ahok bersyukur hidup di era reformasi, khususnya di kepemimpinan Jokowi di mana supremasi hukum diatas segala galanya, sehingga tidak harus di tahan sampai dia benar benar terbukti bersalah oleh keputusan Hakim. Jokowi bersikukuh memastikan supremasi hukum di tegakan agar tidak boleh ada lagi orang di penjara karena di rekayasa oleh sekelompok orang atas dasar suka tidak suka. Karena lewat supremasi hukum itulah semua warga negara yang plural ini bisa hidup nyaman dan punya harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Tuesday, December 6, 2016

Jokowi Turun Gunung Untuk Mengendalikan Situasi

Nazaret - Jokowi akhirnya Turun Gunung menghadapi Lawan lawan Politiknya, Semua tujuan Lawan politik Jokowi dengan berbagai cara dimulai dari sekarang adalah menghentikan langkah Jokowi di Tahun 2019 dan juga agar kedok mangkrak tidak bisa dibongkar...

 Isu tentang penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Ahok mulai memasuki babak baru. Rakyat harap-harap cemas, bagaimana status Ahok dalam pusaran kasus yang menghebohkan bangsa ini. Selain itu, pasca demo besar-besaran, 4 November dan 2 Desember kemarin, isu yang berkembang menjadi semakin liar. Hal yang awalnya hanya remang dan dugaan, kini muncul ke permukaan menjadi terang, terutama isu tentang tunggang-menunggangi dan adanya upaya berbau makar. Nuansa politisnya semakin kentara. Pernyataan Jokowi seakan menjadi legitimasi kebenaran isu tersebut, terutama ketika secara tegas Jokowi mengindikasikan adanya aktor-aktor politik yang mencoba memancing di air keruh. Ada nama-nama yang dikantongi intelijen sebagai pengalir dan penerima aliran dana mobilisasi di lapangan. Untuk meredam gejolak di tingkat bawah yang seakan memaksanya untuk mengetuk palu hukum, Jokowi “turun gunung”, menemui tokoh bangsa dan para ulama’.

Sebelumnya, pasca memberikan keterangan terbukanya, SBY menjadi “titik perhatian” publik. Hampir semua analisa politik mendudukannya sebagai pusat episentrum. SBY menjawab secara terbuka isu liar yang berkembang. Dengan gaya bicara khasnya yang selalu memosisikan diri sebagai korban, SBY merasa sedih dan terganggu dengan banyaknya asumsi dan fitnahan yang menuduhnya “mendalangi” aksi demo bela agama. Tegas ia katakan, Ahok harus segera diproses. Jika tidak, sampai lebaran kuda pun tidak akan selesai. SBY panas membara. Ungkapan “Sampai Lebaran kuda” pun menjadi viral. Pernyataan ini, terasa agak aneh. Pertama, SBY terlalu over dan lebay. Sama sekali tak menampakkan ketenangan seorang yang kenyang pengalaman. Kedua, pernyataannya cenderung provokatif, tidak mendinginkan suasana sebagaimana diharapkan banyak kalangan. Ketiga, kalimatnya tidak tampak sebagai klarifikasi, tapi mengesankan ada tendensi tertentu, terutama menyangkut Pilkada DKI. Sehingga wajar, ketika sebagian orang sama sekali tak bergeming dengan klarifikasinya; SBY tetap menjadi trend-setter sebagai salah satu dari aktor-aktor politik yang disinggung oleh Jokowi kemudian.

Kalau dugaan tersebut ternyata benar, tentu ini erat kaitannya dengan Pilkada DKI Jakarta. Ini adalah bagian dari taktik SBY untuk memenangkan calon yang diusungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ini bukan hanya soal hubungan ayah-anak, tapi soal memberikan keyakinan kepada AHY bahwa ia masih berada di jalur kemanangan. Pengorbanannya berhenti dari TNI, harus dibayar mahal: kemenangan. Namun pada sisi lain, SBY sadar dengan “Kuda”nya. “Kuda” yang sangat disayangi, sebagai penerus garis politiknya. Ia tahu betul “kuda” taruhannya bukanlah “kuda perkasa”, tak terlalu kenal medan. Tentu tidak sebanding jika disejajarkan dengan dua “kuda” lainnya yang lebih garang dan menantang. Maka, untuk membuat “kuda”nya menjadi pemenang, ia tidak bisa head to head secara langsung. Ia harus membuat dua “kuda” lainnya melemah dan bermasalah.

Gayung bersambut. Momentumnya ia dapatkan ketika Ahok, “kuda” yang paling ditakuti, tergelincir dengan kalimat yang sensitif, yang kemudian diolah sedemikian rupa menjadi isu penistaan agama. Sebagai mantan presiden, yang lekat dengan beberapa tokoh agama, mudah bagi SBY menggerakkannya. Ingat, SBY pernah merasakan manisnya memainkan isu keyakinan agama ketika memenangkan pemilihan Presiden melawan Megawati (yang perempuan, tidak pakai kerudung, tidak bisa menjadi pemimpin secara agama, dll) dua kali berturut-turut. SBY sangat berpengalaman memainkan isu-isu sensitif seperti itu.

Isu pun bergulir, sukses luar biasa. Melahirkan demo terbesar sepanjang sejarah bangsa ini, hanya untuk menghancurkan seorang Ahok. Demo yang awalnya menuntut proses hukum, berubah menjadi tuntutan agar Ahok ditangkap dan ditersangkakan. Seakan memaksa Jokowi untuk turun gunung menjadi hakim. Meskipun secara hukum status tersangka tidak secara otomatis menggugurkan Ahok dalam kontestasi Pilkada, tapi dengan sekali mengatakan ”untuk apa pilih Ahok yang tersangka?” Urusan selesai. Lebih mudah menjatuhnya.

Kalau Ahok sudah dihancurkan, berarti tinggal “kuda tangguh” lainnya yang harus ditiarapkan. Anies, yang modal sosial dan politiknya jauh di atas AHY menjadi ancaman selanjutnya. Beredar dugaan, Anies akan dibuat senasib dengan Ahok. Buni Yani, pengunggah video yang dipersepsikan dekat dengan Anies (dikatakan sebagai pendukung fanatiknya), menjadi giliran bola selanjutnya untuk dimainkan. Nanti isunya pun kembali dibikin liar, yang seolah-olah publik membaca, ada peran pihak Anies cs. dalam upaya penyebaran video tersebut, atau menegasikan Anies sebagai sosok pengadu domba, dan mempersonifikasikan Anies dalam sosok Buni Yani yang suka memfitnah. Jelas ini merupakan keuntungan karena AHY akan semakin leading. Dengan taktiknya, SBY meniscayakan tumbangnya yang lain, sehingga “kuda” yang diusungnya menjadi satu-satunya finalis yang akan menang.

Posisi Presiden Jokowi yang Dilematis

Demo ini membuat posisi Jokowi delematis. Kalau Ahok dibebaskan, rakyat akan bergerak dalam skala yang jauh lebih besar. Jumlah kuantitas yang menakutkan diharapkan mengerdilkan mental Jokowi sebagai pimpinan. Namun, ketika Ahok kemudian menjadi tersangka, itu artinya Jokowi telah ikut gendang permainan SBY. Ingat, persepsi publik tentang demo rusuh, tanggal 4 November kemarin, lekat hubungannya dengan ultimatum yang disampaikan SBY. Kasus yang menimpa Ahok sebagai batu loncatan untuk mendapatkan target selanjutnya, Jokowi. Taktik busuk dan politik adu domba ala SBY menemukan tempatnya ketika ada selentingan yang menyebutkan, bahwa AHY akan dipersiapkan untuk bertarung melawan Jokowi pada Pilpres 2019 nanti. Melihat realitasnya, ini sepertinya bukan isapan jempol. AHY adalah representasi SBY, terutama ketika jargon “I want SBY back!” mulai mencuat ke permukaan.

Jokowi sepertinya mulai “agak risih” dengan pat-gulipat yang dimainkan oleh pendahulunya itu. Sebagai Presiden, tentu ia banyak mendapatkan informasi “kelas satu” yang membahayakan bagi pihak-pihak tertentu. Pernyataannya yang datar, tapi mengesankan kemarahan yang dalam. Ia menginstruksikan agar proses terhadap kasus Ahok dibuka transparan. Sehingga dengan itu, rakyat bisa menilai dan memutuskan. Pada saat yang bersamaan, Jokowi akan memutus dana yang akan mendalangi aksi lanjutan jika benar terjadi. Ia mulai menyentil pembangunan proyek-proyek yang mangkrak pada masa SBY masih menjadi Presiden. Suatu kali, Jokowi mengunjungi Hambalang, dan hanya dengan geleng-geleng kepala, banyak orang paham apa yang Presiden itu maksudkan.

Presiden Jokowi tidak mau pakai cara-cara murahan, ia lebih senang menggunakan BIN, KPK, PPATK, BPK, dan jalur-jalur konstitusional lainnya. Artinya, politik “prihatin” dan taktik adu domba yang busuk ala SBY akan menemukan lawan yang setimpal ketika bertemu dengan Jokowi, yang lebih suka menghukum lawan-lawannya perlahan-lahan.

Pada akhirnya strategi SBY terbongkar, publik akhirnya membaca bagaimana politik adu domba yang dimainkannya begitu hebat; bahwa ternyata tidak hanya untuk menghancurkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta terkuat, tapi juga untuk mengalahkan Anies, dan rupanya berbau hasrat untuk menjatuhkan Jokowi. Sekali mendayung, dua-tiga kepentingan terlampaui. Dua periode menjadi Presiden, ternyata membuat SBY jauh melebihi kemampuan Megawati (yang tak pernah menang head to head melawannya). Ini tidak bisa hanya dipandang sebagai taktik untuk Pilkada DKI Jakarta semata, tapi jauh lebih dari itu, ada kepentingan untuk kembali menguasai negeri ini.

Monday, December 5, 2016

Heboh Pengunjung Mal Puri Indah Jakarta Barat, Saat Kumis Djarot Datang Menebar Senyuman

Nazaret - Lagi lagi Calon Wakil Nomor  dua ini membuat pengunjung Mall tertegun dan terkagum melihat Kumis yang selalu menebar senyuman, memang pasangan Calon Nomor dua ini benar benar pas, yang satu Lembut dan yang satu Agak kasar, Ibarat sebuah Keluarga jika pasangannya lembut semua maka keluarga itu akan sunyi, tapi jika keduanya kasar maka keluarga itu akan dilanda perang, Nah jika dalam keluarga Pasangannya kasar dan lembut wow pasti akan damai dan bisa berjuang dengan lebih baik..

Suasana di Mal Puri Indah, Jakarta Barat mendadak ramai sore tadi. Keramaian ini disebabkan oleh pengunjung mal yang berebut untuk foto bersama calon wakil gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat.

Djarot baru saja selesai menghadiro acara 'Lare Osing Dulure Djarot Pul Kumpul' di sebuah restoran sajian khas Jepang di Mal Puri Indah, Jakbar, Minggu (4/12/2016) sore. Begitu keluar dari restoran, pengunjung mal sudah banyak yang menanti untuk foto bersama.

Djarot yang mengenakan kemeja batik berwarna cokelat meladeni permintaan pengunjung mal yang meminta foto. Sementara sang istri, Happy Farida yang mendampingi Djarot di acara kumpul bersama perkumpulan warga Banyuwangi itu lebih memilih menunggu di tempat yang tak jauh dari suaminya.

Saat berfoto, tak jarang pengunjung yang menanyakan kehadiran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kepada Djarot. "Pak Ahok-nya ke mana pak?" tanya seorang pengunjung.

"Lagi enggak ikut bu," jawab Djarot sambil tersenyum.

Meski banyak pengunjung mal yang meminta foto, mantan wali kota Blitar itu merasa senang dan antusias. Sebab, hal itu menunjukkan masih banyak warga DKI yang mendukung dirinya dan Ahok.

"Saya terima kasih. Pengalaman mau di pasar, mau di mal, ini menunjukkan antusias warga bahwa dia masih mendukung Ahok-Djarot dan memberi kesempatan lagi bagi kami untuk memimpin DKI," ujar Djarot.